Menuntut Keadilan: Sebuah Catatan dari Aksi Kamisan
Menuntut Keadilan: Sebuah Catatan dari Aksi Kamisan
Aksi Kamisan, sebuah ritual yang terus berlangsung setiap Kamis sore di seberang Istana Merdeka, Jakarta, adalah pengingat https://www.aksikamisan.net/ yang menyakitkan tentang janji keadilan yang belum terpenuhi. Aksi ini dimulai pada Januari 2007 oleh para korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di masa lalu. Mereka berdiri dengan pakaian serba hitam, memegang payung hitam, simbol duka dan perjuangan yang tak kenal lelah.
Sejarah Panjang Perjuangan
Aksi Kamisan lahir dari keputusasaan atas lambatnya, bahkan macetnya, penanganan kasus-kasus pelanggaran HAM berat. Ibu-ibu korban, seperti Suciwati, istri aktivis HAM Munir Said Thalib, dan Maria Catarina Sumarsih, ibunda Bernardinus Realino Norma Irawan (Wawan) korban Tragedi Semanggi I, menjadi garda terdepan. Mereka menuntut negara mengusut tuntas kasus-kasus seperti:
- Tragedi Semanggi I dan II
- Tragedi 13-15 Mei 1998
- Penembakan misterius (Petrus)
- Pembunuhan Munir
- Peristiwa 27 Juli 1996
Makna di Balik Payung Hitam
Payung hitam yang selalu mereka bawa bukan sekadar aksesori. Payung ini melambangkan perlindungan bagi para korban dan keluarga korban. Warna hitam melambangkan duka yang mendalam dan kegelapan di balik kasus-kasus yang belum terselesaikan. Di balik keheningan dan keteguhan mereka, tersimpan tuntutan yang lantang: tegakkan keadilan, usut tuntas pelanggaran HAM, dan hentikan impunitas. Aksi ini adalah suara hati nurani bangsa yang menolak lupa. Mereka hadir bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk semua korban ketidakadilan di negeri ini.
Aksi yang Menginspirasi dan Bertahan
Selama belasan tahun, Aksi Kamisan telah menjadi inspirasi bagi banyak kelompok masyarakat, mahasiswa, dan aktivis di berbagai kota. Aksi serupa bermunculan di Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dan kota-kota lainnya. Kehadiran mereka di depan Istana Merdeka setiap minggu, tanpa lelah, adalah bentuk perlawanan damai yang paling kuat. Mereka menunjukkan bahwa ingatan kolektif masyarakat tidak bisa dihapus begitu saja.
Masa Depan Keadilan
Meskipun Aksi Kamisan telah berlangsung puluhan tahun, tantangan masih besar. Negara masih terlihat enggan untuk menindaklanjuti rekomendasi dari Komnas HAM dan menyelesaikan kasus-kasus yang ada. Namun, para peserta Aksi Kamisan tidak menyerah. Mereka percaya bahwa suatu saat nanti, keadilan akan tiba. Aksi mereka adalah pengingat bahwa keadilan tidak bisa dinegosiasikan. Aksi Kamisan adalah catatan hidup tentang keteguhan, harapan, dan perjuangan panjang menuntut keadilan.